Minggu, 02 Oktober 2011

Eyes on Geneve

'When life flashes before your eyes, make sure you've got plenty to watch'
(unanymous)

Yeah, in big cities like Geneve, I bet there are plenty to watch.

Geneve, atau Geneva, atau terkadang ditulis Jenewa di beberapa media berbahasa Indonesia, adalah kota terbesar nomor 2 di Swiss. Beberapa orang Indonesia yang saya kenal datang ke kota ini guna mempelajari ilmu diplomatik atau politik. Bisa dipahami, karena beberapa organisasi dunia bertempat di sini. Seperti perwakilan United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan World Trade Organizations (WTO).

Saya datang ke Geneve setelah mengunjungi Lausanne. Dengan menggunakan kereta, Lausanne-Geneve dapat ditempuh hanya dalam waktu 45 menit.

Terbiasa tinggal di Bern dalam beberapa minggu terakhir membuat saya sedikit gegar ketika menginjakkan kaki di Geneve. Kota tersebut benar-benar berbeda dari Bern yang merupakan kota kecil yang bersahaja. Geneve sendiri merupakan kota yang dipenuhi jalan-jalan raya lebar dan banyak kendaraan pribadi lalu-lalang. Meskipun kemacetannya tidak separah Jakarta, namun tetap saja lalu lintas Geneve terasa mengganggu.

Namun bukan berarti tidak banyak yang bisa dinikmati di kota ini. Yah, untuk kunjungan pertama saya ke kota tersebut, tentu saja saya ingin berkunjung atau sekadar berfoto di depan gedung UN. Saya memuaskan diri dengan mengambil foto di bawah monumen 'The Broken Chair', yang menjadi ciri khas perwakilan UN di Geneve.


Seolah-olah ingin memperkukuh anggapan sebagai kota diplomatik, kita bisa melihat berbagai patung, monumen atau landmark yang dipersembahkan bagi para tokoh dunia. Patung Mahatma Gandhi atau hotel President Wilson yang namanya dipersembahkan bagi President USA Woodrow Wilson, bapak penggagas the League of Nations--cikal bakal United Nations adalah dua di antaranya.


Last but not least, saya senang jalan-jalan di Lausanne dan Geneva, karena di kedua kota ini, penduduknya berbicara dalam bahasa Prancis, salah satu bahasa yang saya kuasai. Tidak seperti di Bern atau Zurich, dimana penduduknya berbicara dengan bahasa Jerman plus dialek Swiss yang kental (Swiss-German).

MP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar