Kamis, 24 November 2011

Basel

Selama dua bulan lebih tinggal di Swiss, hampir semua kota besar sudah saya kunjungi. Kecuali satu kota besar: Basel. Sejauh ini memang belum ada urusan yang mengharuskan saya ke sana. Sampai pada akhirnya, weekend lalu, saya diundang untuk menghadiri suatu acara ulang tahun yang juga merupakan ajang silaturahmi masyarakat Indonesia se-Swiss.

belum sempat ngambil foto, maka foto ini saya ambil di http://www.mascotte.ch/1962/

Basel, yang sekarang terkenal dengan tim sepakbolanya yang sukses mempermalukan Manchester United di turnamen Liga Champions, merupakan kota yang terbilang metropolitan. Selain Zurich, kota ini adalah salah satu kota terluas dan terpadat. Mungkin karena mengingat statusnya sebagai kota industri.

Sayangnya, karena cuma sehari, belum banyak yang bisa saya ceritakan dari kota ini. Semoga suatu hari saya bisa kembali ke kota ini untuk membawalebih banyak cerita. Namun, yang pasti, setelah mengunjungi Basel, seolah saya telah menemukan missing link yang membuat saya sudah menjelajahi seluruh kota penting di Swiss! :)

MP

Zurich

Setelah lebih sebulan tidak meng-update blog ini, tanpa terasa musim dingin sudah berada di depan pintu. Angin dingin yang menusuk tulang mulai merasuk lewat sela-sela jendela. Saya teringat untuk segera menyalakan penghangat ruangan. Namun, dinginnya udara luar tidak menghalangi saya untuk berkunjung ke kota terbesar dan terpadat di Swiss, yaitu Zurich.

Ya, seperti sudah sering kita bahas, Zurich selalu membuat orang-orang kecele. Banyak yang mengira bahwa inilah ibukota Swiss, padahal bukan. Meski demikian, kota ini merupakan kota dengan populasi terbanyak, sekitar 380-ribu jiwa (ini pun tidak ada apa-apanya dibanding populasi Jakarta, hahaha).

Saat pertama sampai di stasiun kereta Zurich pun, suasana kota metropolitan sudah terasa. Pelataran yang luas dan hiruk-pikuknya orang yang berlalu-lalang menegaskan semua itu. Begitu saya melangkahkan kaki ke luar, saya disambut dengan padatnya lalu-lintas, tidak peduli dengan udara di penghujung musim gugur yang sudah nyaris beku.

Saya memang cuma menghabiskan satu sore menjelang malam di kota itu. Kesan yang saya dapatkan pun sangat berbeda dengan Bern. Kota Zurich seakan menegaskan diri sebagai pemimpin di daerah Swiss yang berbahasa Jerman: selalu terlihat sibuk dengan jutaan hal berbeda terjadi setiap hari. Roda perekonomian yang terus berputar karena banyaknya pusat perbelanjaan, disokong dengan sistem perbankan paling aman di dunia. Otomatis, Zurich menawarkan sejuta kesempatan kerja. Ya, saya melihat banyak sekali wajah Asia maupun India selama berjalan-jalan di kota ini. Hal tersebut menandakan bahwa Zurich membuka kesempatan bagi siapa saja untuk bersaing mencari pekerjaan di sana.

Namun, yang saya salut, di tengah segala kesibukan dan hiruk-pikuknya, Zurich tidak lupa menyimpan pesonanya. Hal tersebut bisa dilihat dari foto pemandangan Danau Zurich yang sekaligus menjadi penutup postingan saya ini: