Kamis, 21 Juni 2012

Euro 2012 Trip: Poznan (1)

Poznan, 14 Juni 2012.

Kereta api Warsawa Express yang membawa saya dari Berlin Hauptbahnhof berhenti di Poznan Glowny. This is it! Saya sudah sampai di Poznan. Kereta akan melanjutkan perjalanan ke Warsawa, tapi pemberhentian saya adalah kota di barat Polandia yang bernama unik ini. 


Rintik demi rintik gerimis menyambut saya di Poznan Glowny, atau Poznan Main Station. Suasana stasiun lama yang kumuh memenuhi pandangan saya. Di sana-sini, terlihat banyak orang berkeliaran memakai pakaian serba hijau. Mereka adalah para volunteer yang bekerja untuk membantu para wisatawan yang bertujuan untuk menonton pertandingan sepak bola Euro 2012.

Setelah menunggu setengah jam, Rusmin akhirnya datang menjemput saya, bersama seorang pria berwajah Indonesia seumuran kami. Kami berkenalan, nama pria muda itu Sendy. Dia asli Bandung. Viking abis, alias pendukung setia Persib Bandung. Sendy telah tinggal di Poznan selama tiga tahun. Dia bekerja sebagai koki di Warung Bali, restoran bergaya Indonesia yang terletak di Old Town Poznan.


Kami pun berjalan kaki menuju apartemen Sendy, kenalan baru yang bersedia menampung kami selama stay di Poznan. Hujan berhenti dan matahari mulai bersinar terang. Di sepanjang perjalanan, saya mengamati bangunan demi bangunan yang menjadi saksi sejarah serta masa pembangunan kota ini. Bangunan tua tetap menghiasi, namun mereka seolah berjuang memperlihatkan eksistensi mereka di tengah-tengah gencar-gencarnya pembangunan gedung baru.

Bisa dimengerti, terpilihnya Poznan sebagai salah satu tuan rumah pertandingan Euro 2012 pastinya akan mengundang ribuan, mungkin jutaan wisatawan asing yang berkunjung ke kota tersebut. Selain itu,sepak bola di kota ini memang sedang menggeliat. Poznan adalah markas juara liga sepak bola Polandia 2012, yaitu Lech Poznan, tim sepak bola yang disponsori oleh produsen bir khas Polandia. Makanya, terlihat jelas betapa Poznan ingin sebaik mungkin terlihat sebagai kota yang ramah dan berkembang dengan pembangunan gedung-gedung baru di sana-sini serta keberadaan kafe-kafe pinggir jalan yang terlihat dadakan.


Begitu keluar dari pintu stasiun utama yang tadinya terlihat kuno dan kumuh, sesuatu menarik perhatian saya. Di seberang stasiun, terdapat sebuah bangunan yang belum setengahnya selesai dibangun. Ketika bertanya kepada Sendy, dia menjelaskan bahwa itu adalah pembangunan stasiun utama kota Poznan yang belum. tadinya pembangunan stadion baru tersebut diproyeksikan akan selesai sebelum pelaksanaan Euro 2012. Apa daya, akibat satu dan lain hal, sampai Juni 2012 para wisatawan hanya bisa melihat kerangka dan bahan-bahan bangunan yang masih berantakan.

Saya tersenyum sendiri. Jadi teringat tahun lalu ketika Palembang mengalami hal yang sama demi mengejar deadline pelaksanaan SEA Games. Ada sedikit rasa lega karena ternyata 'penyakit' seperti ini bukan hanya menjadi kebiasaan buruk Indonesia.

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar